Krisis Jauh dari Usai
>> 27 April 2009
Para pemimpin Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia menjanjikan sumber baru untuk melawan penurunan perekonomian global terburuk sejak Depresi Besar tahun 1930-an. Mereka juga memperingatkan bahwa krisis masih jauh dari usai.
Dominique Strauss-Kahn, Direktur Pengelola IMF, menyatakan, para pemimpin di AS dan Eropa perlu memenuhi janji yang mereka buat dalam pertemuan G-20 di London untuk memperbaiki sistem perbankan. Caranya adalah dengan mengeluarkan aset-aset bermasalah dari neraca perbankan. Dengan kebijakan yang benar, perekonomian dunia tampaknya akan membaik pada semester pertama 2010. ”Kita masih akan menghadapi tekanan ekonomi,” ujar Strauss-Kahn.
Dia menambahkan, mungkin diperlukan lebih banyak stimulus yang harus dilakukan pada masing-masing negara pada tahun 2010. Dewan IMF sepakat untuk meningkatkan batas pinjaman untuk 78 negara paling miskin guna menghindari semakin terpuruknya mereka karena tekanan ekonomi global.
Pernyataan itu muncul sesaat sebelum para menteri keuangan dari beberapa negara datang ke Washington untuk berdiskusi soal perekonomian global mulai Jumat (24/4) waktu setempat. Diskusi itu digelar guna mencari jalan keluar dan pendekatan terbaik dalam menghadapi krisis.
Sementara Presiden Bank Dunia Robert Zoellick mengatakan akan menyediakan dana sebesar 45 miliar dollar AS dalam tiga tahun ke depan untuk mendukung pembangunan proyek jalan dan infrastruktur di negara-negara miskin.
Diskusi itu dimulai dengan pertemuan para menteri dari negara berkembang anggota G-7, yaitu AS, Jepang, Jerman, Perancis, Inggris, Italia, dan Kanada. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan kelompok negara maju dan negara berkembang G-20, seperti China, Rusia, India, dan Brasil.
Perbaiki bank
Menteri Keuangan AS Timothy Geithner akan menekankan bahwa memperbaiki sistem perbankan AS merupakan prioritas utama. Komponen penting dari upaya itu adalah ”stress test” yang saat ini tengah dilakukan oleh regulator terhadap 19 bank.
Tes itu akan mengukur seberapa bank tersebut aman di tengah keadaan resesi dan dimaksudkan untuk menentukan institusi mana yang memerlukan lebih banyak modal lagi. Tambahan modal itu, jika diperlukan, dapat berasal dari sektor swasta atau pemerintah. Departemen Keuangan diharapkan mengeluarkan hasil ”stress test” itu pada Jumat waktu setempat.
Bank Dunia mengatakan, dana 45 miliar dollar AS itu dirancang untuk mendukung penciptaan lapangan kerja dan membantu pemulihan krisis. AS dan Eropa, kata Zoellick, sudah seharusnya memperhitungkan kembali prerogatif lama dan membiarkan negara berkembang memiliki suara lebih banyak dalam manajemen Bank Dunia. Jumlah sebesar 45 miliar dollar AS itu berarti 15 miliar dollar AS lebih banyak daripada jumlah yang dibelanjakan Bank Dunia tiga tahun sebelum terjadi krisis.