Angin Samping Picu Kecelakaan Fokker 27-03
>> 12 April 2009
Menurut Ketua Keahlian Fisika Terbang Institut Teknologi Bandung Hari Muhammad, cuaca buruk dan angin kencang patut menjadi penyebab jatuhnya pesawat Fokker 27-03 di Bandara Husein Sastranegara.
"Saya dapat laporan kalau sempat terjadi angin kencang sebesar 20 knot. Fenomena cross wind (angin samping) dengan kecepatan sebesar ini berpengaruh terhadap pendaratan," ujar dosen teknik penerbangan ITB ini.
Angin ini datang dari arah utara, sementara pesawat datang dari arah timur. Akibatnya, pesawat terbawa ke arah kiri dan melebar dari jalur pendaratan dan kemudian menghantam hanggar Air Craft Service (AFC) milik PT DI. Menurutnya, pesawat Fokker yang mendarat dengan kecepatan rendah, yaitu 120 knot sangat rentan terpengaruh cross wind berkecepatan 20 knot ke atas.
Meskipun demikian, ungkapnya, tidak tertutup kemungkinan ada faktor kesalahan manusia di dalam kecelakaan ini. Menurutnya, datangnya cross wind sebesar 20 knot ini semestinya diketahui oleh petugas dari menara pengawas bandara (air traffic control).
Asumsinya, kalau petugas ATC sudah memperingati pilot kalau ada cross wind, pesawat hendaknya tidak mendarat dulu. Kecuali, jika pilot berpikiran lain. Atau, memang ATC tidak memperingati, ucapnya.
Kepastian ada tidaknya faktor human error dan kelalaian peringatan ATC ini bisa dipastikan dari hasil rekaman percakapan antara pilot dan pengawas ATC di cokpit voice recorder atau kotak hitam.